aoUhVj1sFfXbUTRIyoVNm2UnxJxRFaPgs25Tl7uL

Followers

Widget HTML #1

Widget HTML (label produk)

Widget HTML (label jasa)

Widget HTML #3

Menu Halaman Statis

Bookmark

Unsur Intrinsik pada cerpen Terbunuhnya Polisi Baik terakhir di Alam Semesta

 Analisis Unsur Intrinsik cerpen "Terbunuhnya Polisi Baik Terakhir di Alam Semesta



1. Tema

Tema cerpen ini berkisar pada dendam dan keadilan yang terabaikan. Tokoh utama, Sulistyo, menceritakan bagaimana dendam terhadap polisi yang dianggap terlibat dalam kematian ayahnya yang merupakan seorang polisi baik, membentuk perjalanan hidupnya. Ia merasa bahwa ada ketidakadilan yang terjadi dalam dunia ini, yang mendorongnya untuk membalas dendam terhadap mereka yang telah menyalahgunakan kekuasaan dan melanggar moral.

2. Alur

Cerpen ini menggunakan alur maju yang berjalan linier, dengan Sulistyo menceritakan kisah hidupnya dalam percakapan dengan psikolog. Proses cerita dimulai dengan Sulistyo ditangkap dan diinterogasi oleh psikolog, kemudian cerita berlanjut dengan dia mengungkapkan latar belakang kehidupannya, khususnya kematian ayahnya dan bagaimana ia merencanakan pembalasan dendam. Alur ini kemudian mencapai klimaks saat Sulistyo mengungkapkan bahwa ia membunuh polisi yang terlibat dalam kematian ayahnya, dan berakhir dengan pemahaman tentang keadilan yang dicari Sulistyo.

3. Tokoh dan Penokohan

  • Sulistyo: Tokoh utama, seorang pria yang penuh dendam terhadap polisi dan sistem yang dianggapnya korup. Ia digambarkan sebagai sosok yang cerdas, namun gelap hatinya karena pengalaman traumatis masa kecilnya. Meskipun menjadi pembunuh, ia tetap berpikir bahwa tindakannya adalah bagian dari pencarian keadilan. Senyumnya yang terus-menerus memperlihatkan sikap dingin dan berbahaya, menunjukkan karakter yang kompleks.
  • Psikolog: Tokoh yang berperan sebagai pendengar dan penggali cerita Sulistyo. Psikolog ini digambarkan pasif, hanya mencatat dan mendengarkan cerita Sulistyo tanpa banyak bereaksi, yang menunjukkan ketegangan dalam hubungan mereka.

4. Latar

Latar cerpen ini terletak di ruang interogasi yang sepi dan gelap, dengan suasana tegang. Ada juga gambaran tentang latar belakang kehidupan Sulistyo yang penuh dengan ketegangan dan ketidakadilan yang terjadi di terminal kota tempat ayahnya bekerja. Lokasi-lokasi ini menambah kesan bahwa cerpen ini dipenuhi dengan atmosfer kemelut moral dan hukum.

5. Sudut Pandang

Cerpen ini menggunakan sudut pandang orang pertama (Aku sebagai pendengar). Pembaca mengikuti alur cerita melalui pengamatan dan pendengaran psikolog

6. Gaya Bahasa

Penulis menggunakan gaya bahasa yang tegas, intens, dan penuh ketegangan. Sulistyo sering menggunakan kalimat yang langsung dan penuh dengan sindiran, menciptakan kesan bahwa ia adalah sosok yang terobsesi dengan keadilan dan dendam. Gaya bahasa juga menunjukkan kontras antara dirinya yang ingin membalas dendam dan psikolog yang hanya mendengarkan dengan penuh kewaspadaan. Ada penggunaan metafora dan simbolisme, seperti menggambarkan matanya yang seperti "alien yang tersesat" atau membandingkan dirinya dengan "laron yang mencari cahaya untuk mati keesokan harinya."

7. Amanat

Amanat yang bisa diambil dari cerpen ini adalah tentang bahaya dari ketidakadilan dan bagaimana kekecewaan yang mendalam dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan ekstrem. Cerpen ini juga menyiratkan pesan tentang pentingnya menjaga integritas dan moralitas dalam profesi, terutama bagi pihak yang seharusnya menjadi pelindung, seperti polisi. Dendam yang tumbuh akibat ketidakadilan, terutama terhadap sistem yang seharusnya melindungi, bisa menghancurkan kehidupan banyak orang.


Secara keseluruhan, cerpen ini menggambarkan sisi gelap dari rasa dendam yang datang dari ketidakadilan yang dialami oleh seorang anak terhadap sistem hukum yang korup

Post a Comment

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak