SUPERVISI PEMBELAJARAN
A. Pengantar
Peran utama kepala
sekolah adalah sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah. Agar mampu memainkan peran utama ini
seorang kepala sekolah dituntut untuk mengembangkan setidaknya dua hal, yaitu:
1. Pemahaman mendasar mengenai
hakikat supervisi dalam kaitannya dengan profesionalitas keguruan, dan
2. Keterampilan teknis
dalam menjalankan supervisi, termasuk di dalamnya antara lain:
a. Mengamati bagaimana
para guru mengajar
b. Mencatat aktivitas
proses pembelajaran di kelas, dan
c. Memberi umpan balik
sesuai dengan jenis mata pelajaran, tingkat kemampuan murid, dan potensi guru
yang diobservasi.
B. Tujuan
Modul
tentang supervisi ini bertujuan untuk:
1. Menjelaskan arti
penting supervisi,
2. Mendeskripsikan
langkah-langkah supervisi klinis,
3. Menggunakan salah satu
dari delapan lensa untuk mengobservasi guru,
4. Menggunakan salah satu
teknik pencatatan dalam observasi kelas, dan
5. Mengidentifikasi
poin-poin penting dalam pertemuan pasca-observasi.
C. Bukti
hasil belajar
Para peserta akan membuat
sebuah produk yang menunjukkan pemahaman mereka tentang supervisi, menggunakan
salah satu dari delapan lensa untuk mengobservasi guru, menggunakan salah satu
teknik pencatatan dalam observasi kelas, dan mengidentifikasi poin-poin penting
dalam pertemuan pasca-observasi.
D. Strategi
1. Mengkomunikasikan
tujuan dari pelatihan
2. Mengamati proses
supervisi
3. Mempresentasikan
produk yang dibuat
E. Media Luring
Video, PPT, dan contoh modul ajar
F. Metode
Ceramah, Diskusi, Bermain peran “supervisor”,
Tanyajawab
G. Referensi
Glickmaan, C.D. (2002). Leadership for Learning: How to Help
Teachers
Succeed. Alexandria, Virginia USA: Association for
Development and
Curriculum
Development.
Zepeda, S.J. (2007). The Principal As Instructional Leader: A Hanbook for
Supervisor
(2nd ed.). Lanchmont,
NY. EyeOn Education.
Borich, G. (2004). An Education”s Guide to Field-based Classroom
Observation.
New York:
Houghton Mifflin Company.
A.
TUJUAN SUPERVISI
Dalam modul ini diuraikan dua
macam supervisi, yaitu supervisi informal (pop-in, walk-in, drop-in) dan formal
(supervisi klinis). Dalam melakukan supervisi seorang supervisor perlu
mengetahui dua hal, yaitu: (1) mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan supervisi
dan (2) maksud dan tujuan dari supervisi.
Berkaitan dengan hal-hal penting
yang perlu mendapat perhatian dalam supervisi, (Zepeda, 2007, hal. 58)
mengatakan bahwa seorang supervisor yang baru perlu:
1. Mengetahui aturan dan
kebijakan yang berkaitan dengan supervisi
2. Memahami kultur dan
keadaan situasi yang ada di sekolah
3. Memahami model
pelaksanaan supervisi yang dipergunakan di sekolahnya
4. Mengetahui orang-orang
yang berperan dalam melaksanakan supervisi informal dan formal
5. Mencari kaitan antara
model pengembangan profesionalitas dengan pelaksanaan supervisi
Selain itu seorang supervisor
juga perlu mengetahui maksud dari supervisi yang akan dilaksanakannya. Dalam
hal ini (Zepeda, 2007, hal. 59) menyampaikan gagasannya berkaitan dengan maksud
dan tujuan supervisi sebagai berikut:
1. Peningkatan pencapaian
prestasi siswa melalui peningkatan pengajaran yang dilakukan para guru
2. Menggunakan data untuk
mengambil keputusan
3. Perubahan yang
menghasilkan pengembangan yang baik dalam kehidupan guru dan siswa dalam
belajar
4. Pembelajaran yang
dilakukan terus menerus
5. Menyediakan pertemuan
secara langsung antara supervisor dengan guru
6. Membangun kemampuan
individu dan organisasi daerah
7. Percaya pada proses di
antara guru dan lingkungan sekitar.
Setelah memahami maksud dan
tujuan dari supervisi maka seorang supervisor juga perlu memahami jenis supervisi
yang dapat di laksanakan di sekolah. Ada dua hal secara umum, yaitu supervisi
informal dan formal.
B.
SUPERVISI INFORMAL
Berkaitan dengan
pelaksanaan supervisi informal ada dua hal penting yang perlu mendapat
perhatian dari para supervisor. Pertama, (Zepeda, 2007, hal. 70) mengatakan
bahwa supervisi informal (1) dilakukan secara singkat, dengan waktu antara 10
sampai 15 menit, (2) dapat dilakukan pada awal, tengah, dan akhir jam
pelajaran, dan (3) dapat dilakukan setiap waktu selama hari sekolah.
Kedua, seorang
supervisor perlu memahami tentang supervisi informal. Menurut (Zepeda, 2007,
hal. 70) dinyatakan bahwa supervisi informal (1) tidak untuk menggantikan
supervisi formal, (2) bukan untuk mengawas guru namun untuk membantu guru, (3)
salah satu cara untuk mengetahui kemampuan guru di samping menggunakan
supervisi formal, dan (4) tidak memerlukan pertemuan pasca-observasi.
Dalam membuat
pencatatan supervisi informal seseorang supervisor perlu menuliskan identitas
guru, catatan kegiatan siswa dan guru, umpan balik untuk guru berkaiatan dengan
catatan dan saran serta ucapan terima kasih. (Lihat Teknik Pencatatan Supervisi Informal pada lampiran 1)
Berkaitan dengan
tanggapan yang diberikan oleh supervisor, maka memastikan respon yang positif
terhadap supervisi informal dan mengembangkan lingkungan yang mendukung,
seorang supervisor perlu mengetahui tentang (1) tahap-tahap dan (2) panduan
yang tepat dalam supervisi informal.
Pertama,
tahap-tahap
yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah menurut (Zepeda, 2007, hal 75) sebagai
berikut:
1. Menyampaikan cara-cara
observasi pada awal tahun pelajaran
2. Merencanakan supervisi
informal secara teratur sekali atau dua kali seminggu.
3. Mengingatkan guru
untuk bertanya kepada kepala sekolah agar dapat melihat hal baru yang akan
dilakukan
4. Hindarkan melakukan
supervisi informal setelah kepala sekolah menerima ketidakpuasan dari para
murid
5. Mengetahui waktu yang
tepat untuk meninggalkan kelas ketika observasi
6. Membagi tugas
supervisi informal dengan para wakil kepala sekolah.
Kedua, ada beberapa panduan
yang perlu diperhatikan oleh para supervisor dalam melakukan supervisi
informal. Dalam penjelasannya (Zepeda, 2007, hal 75) mengatakan bahwa panduan
supervisi informal sebagi berikut:
1. Supervisi informal
untuk seluruh guru
2. Pelaksanaan supervisi
informal sesering mungkin
3. Mengamati, mendengar,
dan mencatat dengan fokus pada satu atau dua hal
4. Lakukan dengan
menyenangkan
5. Berikan perhatian pada
hal yang dilakukan dengan benar dan hargai usaha guru
6. Beri masukan dan saran
dengan tepat waktu
7. Menyediakan sumber
daya yang diperlukan
8. Mendorong guru untuk
mengundang kepala sekolah melakukan supervisi informal.
C.
SUPERVISI FORMAL
(Supervisi Klinis)
1. Pengertian
Supervisi klinis adalah supervisi
yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui tahap yang sistematis mulai
dari tahap pertemuan awal (Pre Observasi), pengamatan (observation) dan
pertemuan pasca observasi (post conference) terhadap proses pembelajaran yang
terjadi dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran.
2. Penggunaan
Supervisi ini
seringkali dipergunakan oleh dua pihak yang saling berkaitan seperti,
supervisor dengan supervisie, kepala sekolah dengan wakil kepala sekolah, guru
pembimbing dengan guru bimbingan, mentor dengan mentee, guru senior dengan guru
baru.
Sementara itu mengapa supervisi
klinis diperlukan, diantaranya:
a. Belum adanya umpan
balik dari orang yang kompeten sejauh mana praktik professional telah memenuhi
standar kompetensi
b. Ketinggalan IPTEK
dalam proses pembelajaran
c. Kehilangan identitas
profesi
d. Kejenuhan professional
e. Mengulang kekeliruan
secara masif
f. Erosi pengetahuan yang
sudah didapat dari pendidikan
g. Siswa diragukan, tidak
mendapatkan layanan sebagaimana mestinya.
3. Tujuan
dan Karakteristik
Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya
terhadap pelaksanaan kualitas proses pembelajaran
a. Membantu guru untuk
senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran
b. Membantu guru untuk
mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang muncul dalam proses pembelajaran
c. Membantu guru untuk
dapat menemukan cara pemecahan masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran
d. Membantu guru untuk
mengembangkan sikap positif dalam mengembangkan diri secara berkelanjutan
Supervisi klinis memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a. Perbaikan dalam
pembelajaran mengharuskan guru mempelajari keterampilan intelektual dan
bertingkah laku berdasarkan keterampilan tersebut.
b. Fungsi utama
supervisor adalah menginformasikan beberapa keterampilan, seperti: (1)
keterampilan menganalisis proses pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan, (2)
keterampilan mengembangkan kurikulum, dan (3) keterampilan dalam proses
pembelajaran.
c. Fokus supervisi klinis
adalah: (1) perbaikan proses pembelajaran, (2) keterampilan penampilan
pembelajaran yang memiliki arti bagi keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran
dan memungkinkan untuk dilaksanakan, dan (3) didasarkan atas kesepakatan
bersama dan pengalaman masa lampau.
4. Prinsip-prinsip
Beberapa prinsip yang
menjadi landasan bagi pelaksanaan supervisi klinis adalah:
a. Hubungan antara
supervisor dengan guru, kepala sekolah dengan guru, guru dengan mahasiswa PPL,
adalah mitra kerja yang bersahabat dan penuh tanggung jawab.
b. Diskusi atau
pengkajian balikan bersifat demokratis dan didasarkan pada data hasil
pengamatan.
c. Bersifat interaktif,
terbuka, objektif, dan tidak bersifat menyalahkan.
d. Pelaksanaan keputusan
ditetapkan atas kesepakatan bersama.
e. Hasil tidak untuk
disebarluaskan.
f. Sasaran supervisi terpusat
pada kebutuhan dan aspirasi guru dan tetap berada di ruang lingkup
pembelajaran.
5. Tahap-tahap
Supervisi Klinis
Pelaksanaan supervisi
klinis berlangsung dalam suatu tahap yang terdiri dari tiga bagian, hal ini
sejalan dengan pendapat (Glickman, 2002, hal 20) sebagai berikut:
a. Tahap pertama;
Pertemuan Awal
Pada tahap ini
beberapa hal yang harus diperhatikan adalah : (1) menciptakan suasana yang
intim dan terbuka, (2) mengkaji rencana pembelajaran yang meliputi tujuan,
metode, waktu, media, evaluasi hasil belajar, (3) menentukan fokus observasi,
(4) menentukan alat bantu (instrument) observasi, dan (5) menentukan teknik
pencatatan dalam observasi. Sedangkan menurut (Zepeda, 2007, hal. 84) dikatakan
bahwa dalam pertemuan awal
1) Guru dan supervisor
memfokuskan pada observasi kelas
2) Memperkuat hubungan
antara guru dan supervisor
3) Dilakukan dalam waktu
24 jam sebelum observasi kelas
4) Dilakukan di kelas di
mana akan dilaksanakan observasi kelas
5) Menentukan fokus dalam
observasi kelas
6) Berikan kesempatan
guru untuk berbicara
7) Menerangkan konteks,
karakteristik, situasi dan kondisi kelas.
Keuntungan
Pertemuan awal ini memberikan
keuntungan bagi observer. Bagi supervisor, menurut (Zepeda, 2007, hal. 84)
pertemuan awal memberikan keuntungan (1) memahami kelas dengan lebih baik
selama observasi, (2) menemukan fokus yang akan dilakukan dalam observasi, dan
(3) mendorong guru untuk berbicara praktik yang akan dilaksanakan di kelasnya.
Sementara itu bagi guru, pertemuan awal juga membantu dia dalam memfokuskan
diri. Menurut (Zepeda, 2007, hal. 88) guru dapat mengidentifikasi fokus dari
observasi berdasarkan (1) ketertarikan pada area tertentu, (2) merasa perlu
untuk meningkatkan pada area tertentu, (3) sebagai tindak lanjut dari area
pengembangan professional, dan (4) area yang merupakan hal baru yang sedang
diujicobakan. Dalam hal ini observer perlu memfokuskan pada kebutuhan guru dan
memberikan panduan untuk fokus pada target yang dipilih. Jika fokusnya terlalu
banyak maka observer dan guru mengalami ketidakjelasan dengan data yang
dikumpulkan. Contoh format pettemuan awal dan penjelasannya ada di lampiran 2.
Penentuan ‘focusing’
Penentuan focusing dalam
observasi menjadi bagian yang begitu penting. Dengan cara ini maka data yang
akan dikumpulkan benar-benar secara objektif menggambarkan keadaan kelas yang
sebenarnya. Dalam melihat sesuatu seringkali ditentukan oleh pandangan yang
kita miliki. Hal ini seringkali bersifat pribadi dan kurang teratur dan bahkan
bisa jadi bias. Demikian juga dalam melakukan observasi seringkali hal itu
dipengaruhi oleh seberapa banyak supervisor telah mempunyai pengalaman. Menurut
(Borich, 2008) penggunaan focusing dalam observasi kelas akan lebih objektif
dibandingkan dengan cara pandang yang kita miliki saja. Dalam melakukan
observasi kelas tentunya observer perlu memahami keadaan kelas yang sebenarnya.
Untuk mendapatkan gambaran kelas (Borich, 2008) menyatakan ada 4 karakteristik
yang akan berdampak kepada apa yang diobservasi, yaitu (1) perubahan yang
terjadi secara cepat di dalam kelas, (2) kesiapan kelas untuk merespon terhadap
kejadian yang sedang terjadi, (3) interupsi yang terjadi baik dari kelas dan
juga dari luar kelas, dan (4) dinamika sosial yang ada di kelas.
Dengan memerhatikan keadaan yang
terjadi di kelas maka seorang guru selalu kelihatan sibuk. Seringkali guru
banyak memfokuskan diri pada mata pelajaran dan juga siswa yang diajarnya
daripada dirinya sendiri apalagi situasi yang ada di kelasnya. Guru kurang
memiliki waktu untuk merefleksikan strategi dan metode yang sudah
dipergunakannya. Dengan adanya observer, hal ini akan membantu guru untuk dapat
merefleksikan penggunaan strategi dan metode.
Penggunaan focusing dalam observasi ini akan membantu guru untyk dapat
merefleksikan apa yang sudah dilaksanakan dan juga mengetahui sejauh mana
keefektifannya. Menurut (Borich, 2008) ada 4 tujuan dari penggunaan focusing
dalam observasi, yaitu (1) Menjadi peduli dengan perilaku yang dilakukan selama
pembelajaran, (2) untuk menemukan alternative dan solusi pemecahan masalah
untuk strategi pembelajaran, (3) untuk mempelajari kekuatan strategi
pembelajaran yang dimiliki, dan (4) untuk memfokuskan refleksi pada keefektifan
dan perkembangan guru. (Lihat contoh di lampiran ke-3)
b. Tahap Kedua: Observasi
Tahap pertemuan awal
memberikan dasar bagi pelaksanaan observasi kelas. Fokus pada pertemuan awal
menjadi acuan bagi observer dalam pengumpulan data. Kualitas dan kuantitas data
yang dikumpulkan akan berdampak penting pada kualitas pertemuan
pasca-observasi. Setiap langkah dalam tahap supervisi klinis mempunyai maksud
yang berbeda dengan data yang dikumpulkan.
Maksud dan tujuan dari
pengumpulan data menurut (Zepeda, 2007, hal. 94) adalah (1) manfaat observasi
kelas dikaitkan dengan sejumlah informasi dari supervisor sebelumnya, (2)
semakin jelas fokus dari observasi kelas akan lebih baik untuk menggambarkan hal-hal
yang berkaitan dengan fokus yang dipilih, (3) dampak dari data hasil observasi
pada relasi supervisor dengan guru dikaitkan dengan bagaimana feedback itu disampaikan kepada guru.
Maksud pengumpulan
data memberi arah pada supervisor tidak hanya mengumpulkan data selama
observasi tetapi juga mempolakan bagaimana seharusnya pertemuan awal dan
pasca-observasi dilakukan. Tujuan utama dari pengumpulan data untuk mendorong
guru menganalisis, merefleksikan, dan membuat perbaikan berkelanjutan.
Teknik Pencatatan untuk Observasi
Sebagai asumsi bahwa apapun yang
kita lihat di dalam kelas merupakan hal yang penting dan berkaitan dengan
pembelajaran. Satu aktivitas yang terjadi selalu berkaitan dengan aktivitas
yang sudah berlalu dan akan berkaitan dengan aktivitas yang berikutnya. Kita
menyadari bahwa dalam melakukan observasi seorang observer akan dipengaruhi
oleh pengalamannya dan harapannya. Dengan menggunakan 8 (delapan) lensa focusing
dalam observasi dapat membantu kita untuk menyeimbangkan antara apa yang kita
harapkan dengan apa yang terjadi di kelas secara nyata sehingga menghasilkan
pemahaman yang lebih lengkap tentang proses pembelajaran. Proses
pendokumentasian tersebut dilakukan dengan teknik pencatatan yang sesuai.
Pencatatan secara sistematis dari
apa yang kita lihat seringkali dicantumkan dalam bentuk format. Model format
yang dipergunakan dari yang tidak terstruktur sampai yang terstruktur. Pada
dasarnya penggunaan format perlu disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dari
sekolah. (lihat lampiran 4)
1) Pencatatan Anekdot
Bentuk pencatatan ini kurang
terstruktur, belum menentukan perilaku dan fokus kegiatan yang akan
diobservasi. Pencatatan biasanya berkaitan dengan apa, bagaimana, kapan, dan
siapa yang perlu dicatat, (Borich, 2008, hal. 44). Teknik ini mempunyai
kelebihan dan kekurangan menurut (Borich, 2008, hal. 46)
Keuntungan menggunakan pencatatan
anekdot adalah:
i.
Perilaku
yang diobservasi seperti apa adanya yang terjadi di dalam kelas
ii.
Data
dikumpulkan tanpa mempertimbangkan orang yang diobservasi
iii.
Observer
mempunyai kebebasan untuk mencatat data
iv.
Tidak
memerlukan latihan secara khusus
Selain itu juga ada kekurangan
yang perlu diperhatikan oleh seorang observer:
i.
Penggunaan
waktu yang banyak baik untuk mencatat maupun untuk menginterpretasi.
ii.
Fakta
yang dicatat dipengaruhi oleh orang yang diobservasi sebelumnya dan juga oleh
keyakinan dari observer dalam memilih hal yang diobservasi.
iii.
Data
yang dicatat dan interpretasi kurang tepat karena kurang contoh dari perilaku
yang muncul.
iv.
Bentuk
ini sulit untuk diinterpretasi karena perilaku dipengaruhi oleh banyak hal
(sekolah, kehidupan di rumah dan teman sebaya).
2) Pencatatan Etnografi
Teknik ini mencatat sesuai dengan
urutan kejadian, tanpa menyeleksi kejadian secara khusus. Selama pencatatan
atau sesudahnya observer dapat membuat komentar berkaitan dengan perilaku yang
menonjol. Untuk lebih memudahkan pencatatan observer dapat juga merekam dan
dilanjutkan membuat transkrip. Teknik ini juga mempunyai kelebihan dan
kekurangan (Borich, 2008, hal. 47).
Keuntungan yang diperoleh dengan
pencatatan etnografi adalah:
i.
Teknik
ini menyediakan data secara lengkap dari awal sampai dengan akhir kelas.
ii.
Dengan
cara ini menempatkan pada posisi yang tepat antara sebab-akibat dari kejadian
yang muncul.
iii.
Observer
tidak memerlukan pelatihan secara khusus.
Kekurangan yang muncul dari
penggunaan teknik ini adalah:
i.
Teknik
ini dapat memelahkan observer karena harus mencatat terus-menerus.
ii.
Kejadian
yang muncul bisa terlewatkan karena terpaku untuk mencatat.
iii.
Bisa
jadi tidak efisien dan tidak lengkap untuk mencatat kejadian yang muncul secara
bersamaan.
3) Pencatatan Tematik
Pada teknik pencatatan ini,
observer menentukan lebih dulu kategori perilaku yang akan diamati. Pencatatan
dilakukan dengan dua tanda: nomor romawi (I, II, III) untuk menunjukkan
kategori dan huruf (A, B, C) menunjukkan fakta-fakta yang muncul di kelas.
Teknik ini mempunyai kelebihan dan kekurangan (Borich, 2008, hal. 48).
Kelebihan dalam penggunaan
pencatatan tematik:
i.
Penentuan
kategori yang diobservasi akan membantu observer semakin tajam dan mendalam
ii.
Penentuan
kategori yang tepat akan berkaitan dengan pengajaran sebelumnya
iii.
Pencatatan
ini lebih ringkas dan hanya butuh waktu yang sedikit.
iv.
Pencatatan
ini menyediakan gambaran isi untuk observasi yang lebih formal untuk observasi
berikutnya.
Kekurangan yang muncul dengan
pencatatan model ini:
i.
Pencatatan
ini hanya menyediakan data secara umum
ii.
Data
yang diperoleh tidak menunjukkan urutan waktu dan juga sebab-akibat.
iii.
Data
ini memfokuskan hanya pada kategori yang sudah ditentukan sebelumnya.
4) Teknik Pencatatan
Skala 5
Teknik pencatatan ini mempunyai
ciri yang Nampak pada penentuan contoh kegiatan guru dan siswa yang akan
diamati. Pada tahap berikutnya adalah penentuan skala seperti (1) sangat
kurang, (2) kurang, (3) cukup, (4) baik, (5) sangat baik. Teknik ini mempunyai
kelebihan dan kekurangan (Borich, 2008, hal. 52)
Teknik pencatatan skala 5 ini
mempunyai kelebihan seperti:
i.
Observasi
dilakukan pada aspek perilaku guru dan murid sehingga lebih terstruktur.
ii.
Memberikan
model yang dapat dipakai oleh banyak guru, kelas, atau siswa.
iii.
Lebih
mudah untuk menyusun dan membuat rangkuman dalam bentuk tally.
Selain itu ada juga kekurangan
yang muncul dari penggunaan teknik ini, yaitu:
i.
Teknik
ini dapat dipengaruhi oleh kesan-kesan observer pada guru atau kelas
sebelumnya.
ii.
Hanya
menyediakan pertimbangan yang terbatas.
iii.
Ada
kecenderungan memaksakan pada rating yang di tengah ketika data yang muncul
kurang sesuai dengan harapan observer.
iv.
Hal
ini memerlukan observer untuk menentukan perilaku yang tepat dalam pengamatan
yang singkat.
Penggunaan teknik pencatatan akan
sangat berguna jika observer mengetahui bagaimana menggunakan alat itu. Seorang
observer menjadi ahli setelah menggunakan alat itu berkali-kali. Penggunaan
alat di atas difokuskan pada konteks kelas, fokus observasi, ketepatan alat,
penjelasan dan pendekatan yang tepat, data yang dikumpulkan, saran untuk
pertemuan pasca-observasi, dan juga interpretasi data. Selain itu penentuan
waktu untuk segera merapikan catatan, menyampaikan ucapan terima kasih kepada
guru atas kerjasama selama observasi juga harus dilakukan oleh seorang
observer. Simpanlah material yang diperoleh berkaitan dengan observasi. Materi
itu dapat mencakup artikel jurnal, video, dan deskripsi pengembangan
professional yang dilakukan guru. Setelah memahami tentang teknik pencatatan
maka selanjutnya kepala sekolah perlu memahami juga tahap yang ketiga dari supervisi
klinis.
c. Tahap Ketiga:
pertemuan Pasca-Observasi
Pada tahap ini
beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: (1) memberi penguatan, (2)
mengulas kembali tujuan pembelajaran, (3) mengulas kembali hal-hal yang telah
disepakati bersama, (4) mengkaji data hasil pengamatan, (5) tidak bersifat
menyalahkan, (6) data hasil pengamatan tidak disebarluaskan, (7) penyimpulan,
(8) hindari saran ecara langsung, dan (9) merumuskan kembali kesepakatan-kesepakatan
sebagai tindak lanjut proses perbaikan. Sedangkan menurut (Zepeda, 2007) tujuan
dari pertemuan pasca-observasi sebagai usaha dari guru dan observer untuk
dapat:
1) Mereview dan
menganalisis data yang dikumpulkan sesuai dengan fokus kesepakatan yang dibuat
pada saat pertemuan awal.
2) Mengembangkan rencana
pengembangan profesionalitas, menyatakan hal-hal yang diperoleh selama
observasi, dan apa saja yang akan didiskusikan pada saat pertemuan
pasca-observasi.
3) Kesiapan dari guru
untuk mempersiapkan diri untuk pertemuan awal observasi berikutnya.
Baik observer maupun guru,
keduanya merupakan seorang pembelajar dewasa. Dalam melakukan pertemuan
pasca-observasi perlu memerhatikan prinsip-prinsip pembelajaran untuk orang
dewasa. Menurut (Zepeda, 2007, hal. 170) ada beberapa aktivitas yang perlu
dikembangkan dalam pertemuan di antara orang dewasa:
1) Mendorong untuk aktif
berpartisipasi
2) Mengorganisasi
kelompok diskusi pada hal-hal yang menjadi kesepakatan
3) Menyampaikan konsep
baru sesuai konteks
4) Membuat lingkungan
yang aman
5) Mengembangkan pengetahuan
yang konseptual melalui pembicaraan dan sharing pengalaman
6) Memberi kesempatan
peserta untuk menggunakan pengetahuan sebelumnya
7) Mencari perubahan
bentuk dalam pemahaman waktu
8) Memberi tambahan
pengalaman kepada peserta yang belum mempunyai pemahaman awal.
Persiapan
Seorang observer perlu
merencanakan pertemuan pasca-observasi secara tepat memberikan dampak yang
efektif. (Menurut (Zepeda, 2007, hal. 171) pertemuan pasca-observasi yang
efektif:
1) Dilakukan dengan
tenggang waktu maksimal 24 jam dari waktu observasi
2) Dilaksanakan di kelas
tempat observasi kelas dilakukan
3) Dalam bentuk dialog
antara guru dan supervisor
Pelaksanaan
Untuk mensukseskan pertemuan
pasca-observasi, seorang observer perlu melakukan (Zepeda, 2007, hal. 172):
1) Mencari data-data yang
berkaitan dengan fokus observasi
2) Menghindarkan untuk
melakukan penilaian
3) Menentukan sejauh mana
perlu pencatatan ulang untuk menghindarkan data yang tidak fokus
4) Mengembangkan strategi
untuk menyampaikan data yang diperoleh selama observasi.
5) Mengembangkan pola
yang terbuka agar guru mampu untuk berbicara dan berpikir tentang pengajaran.
6) Menghargai terjadinya
spontanitas dalam pertemuan pasca-observasi.
Pendekatan
Untuk melakukan pertemuan
pasca-observasi yang efektif, seorang observer harus memerhatikan karakter dari
seorang guru, pandangan guru harus mewarnai dalam diskusi. Observer bertanggung
jawab mendorong guru untuk mereview dan merefleksikan data yang ada dan
membantu guru untuk memberikan makna dari pengalamannya. Dengan usaha ini,
kesabaran, kesediaan untuk membantu guru menemukan teknik untuk mengembangkan
dirinya. Tujuan utama observer memahami kebutuhan guru dan merencanakan tahap
proses pembelajaran berikutnya. Dalam melakukan pertemuan pasca-observasi juga
ditekankan pentingnya memberikan umpan balik.
Umpan
Balik
Agar dapat menghasilkan umpan
balik yang terbaik, seorang observer menggunakan data hasil observasi sebabagai
dasar dan sumbernya. Guru perlu mengetahui apa yang harus dilakukan dan juga
apa yang dapat mereka lakukan untuk pengembangan dan penyesuaian selanjutnya
secara tepat. Sediakan umpan balik yang objektif tanpa mengkritisi. Hal ini
akan mampu mendorong guru mengambil resiko dan meningkatkan kesempatan dalam
praktiknya. Untuk memberikan umpan balik yang efektif (Zepeda, 2007, hal. 176)
menyatakan:
1) Dukunglah guru untuk
menemukan baik sisi positif dan negative dari aspek yang dipraktikkan
2) Tingkatkan dasar-dasar
untuk pengembangan
3) Peliharalah kepekaan
dan penghargaan diri yang positif
4) Fasilitasi penilaian
dan penemuan diri
5) Menekankan pada
beberapa area yang pokok
6) Gambarkan secara tepat
hal-hal yang diobservasi.
7) Bersifat asli dan
mengurangi basa-basi.
8) Mengklarifikasi dan memperluas
gagasan untuk guru dan observer.
9) Menyepakati hal-hal
yang nyata berkaitan dengan kegiatan, perilaku, kata-kata guru dan siswa.
10) Meningkatkan tujuan
yang direncanakan dan mengembangkan strategi.
11) Menghindarkan: asumsi
guru, membebani guru dengan hal-hal yang terlalu rinsi, menilai krediblitas
guru secara umum, menyimpulkan keadaan guru, dan labeling serta mengadili baik
atau buruknya guru.
12) Memberikan panduan
bagi guru untuk berpikir di balik pembelajaran yang diobservasi.
13) Mengakui dan
memasukkan poin-poin guru sebagai bagian proses dari umpan balik.
Tindak
lanjut
Seorang observer dan guru perlu
merencanakan tindak lanjut dari hasil supervisi dan juga umpan balik yang
diberikan. Setelah melakukan tahapan supervisi secara lengkap, observer dan
guru menfokuskan pada tindak lanjut denngan pengembangan profesionalitas tertentu.
Menurut (Zepeda, 2007, hal. 179) menyatakan bahwa pengembangan professional
guru meliputi kegiatan sebagai berikut:
1) Menghadiri pelatihan,
seminar dan konferensi
2) Observasi guru lain
3) Melanjutkan kuliah
atau kursus
4) Melakukan penelitian
tindakan kelas dengan guru lain
5) Membaca buku atau artikel
yang berkaitan dengan topik yang menari
6) Mengembangkan atau
memperbaiki portofolio
Lampiran
1:
Contoh
Pencatatan pada Supervisi Informal
Nama
Guru : Florentina Alma
Oktviani Lastuti Tanggal : 19 Juli 2021
Waktu : 7.30 Jam ke- : 1
Tema :
Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup
Jumlah Siswa : 38
Observer : Emiliana
Kegiatan siswa:
Pembelajaran
Daring dengan Zoom Meet
Memperhatikan
video tentang pertumbuhan makhluk hidup
Memperhatikan
presentasi guru
Mengerjakan
test
Mengerjakan
tugas melalui Google Classroom
………………………………………………………………………………………
Kegiatan guru:
Menjelaskan
Melakukan
tanya jawab
Memonitor
kerja siswa
Mendemonstrasikan
konsep
Menjelaskan
konsep
Mengulang
pelajaran untuk ulangan
……………………………………………………………………………………….
Komentar:
Siswa
bekerja secara mandiri, di rumah
Perlu
motivasi dan semangat agar siswa selalu gembira dan senang hati mengerjakan
tugas dari guru
……………………………………………………………………………………….
1. Barangkali ibu perlu melaksanakan
pertemuan bersama guru lain sehingga mereka mampu mengamati keadaan kelas
daring, sharing pengalaman dengan kelas lain.
2. Terima kasih atas
kesempatan yang diberikan sehingga saya dapat mengunjungi kelas 3 A sehingga
ibu berusaha dengan baik untuk membantu siswa agar lebih mandiri dalam
menegrjakan tugas.
3. Saya sangat menghargai
usaha yang Ibu lakukan.
Lampiran
2:
Contoh
Format pertemuan Awal dan penjelasannya
Nama
guru : Tanggal :
Kelas/Mata
Pelajaran : Pengamat :
1. Tujuan Pembelajaran
1.1 Isi, apa yang akan dipelajari
siswa?
Penjelasan: Tanyakan kepada guru
tentang rencana pembelajaran yang akan diajarkan. Pastikan bahwa Anda
mengetahui topik (mata pelajaran) yang akan diajarkan selama observasi. Guru
semestinya menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan di kelasnya.
1.2 Proses, apa
metode/proses yang akan dilakukan?
Penjelasan:
Apa yang akan dilakukan oleh guru dan siswa di kelas? Dorong guru untuk
menjelaskan sebab-akibat yang akan dia lakukan dengan reaksi peserta didik yang
akan muncul. Apa metode yang akan dipakai selama pelajaran? Tanyalah guru
berkaitan dengan metode yang dipilih. Cobalah mencari tahu mengapa guru memilih
metode tersebut secara khusus. Pastikan Anda mengetahui dengan baik metode yang
dipilih.
1.3 Sumber daya, apa
sumber belajar dan materi yang akan digunakan?
Penjelasan:
Dengan kemajuan teknologi yang terjadi, guru mempunyai berbagai macam variasi
peralatan yang tersedia untuk meningkatkan pembelajarannya. Teknologi dapat
dipergunakan sebagai sumber belajar dan sebagai metode pembelajaran tersendiri.
2. Memahami lingkungan
kelas
2.1 Seperti apa keadaan
peserta didik di kelas?
Penjelasan:
Apakah peserta didik menunjukkan performance, tingkat motivasi, dan kemampuan
yang sesuai dengan tingkat perkembangannya/ Apakah peserta didik dengan
kebutuhan khusus mendapatkan pelayanan dalam pembelajaran dan penilaian secara
khusus?
2.2 Bagaimana keadaan dan
situasi di ruang kelas?
Penjelasan:
Mintalah guru untuk menceritakan keadaan dan situasi di kelasnya, peran siswa
dalam proses pembelajaran, cara siswa berkomunikasi dengan teman dan guru,
tingkat kerjasama, dan juga perilaku siswa di dalam kelas.
3. Mengetahui hasil
pembelajaran
3.1 Penilaian
Penjelasan:
bagian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana guru menentukan cara untuk
mencapai tujuan pembelajaran, bagaimana guru memonitor selama pembelajaran dan
apa jenis penilaian yang akan digunakan di kelas. Apakah kegiatan yang
dilakukan guru untuk membantu siswa belajar? Apakah bentuk pertanyaan yang akan
dipakai sehingga siswa menunjukkan keberhasilannya? Apakah bentuk hasil yang
diharapkan (test, kuis, portofolio, proyek, atau esay)?
4. Fokus pada observasi
Penjelasan: Fokus merupakan bagian penting dari
aspek pertemuan awal. Fokus ini memungkinkan observer untuk:
4.1 Menemukan area yang
menunjukkan data aktivitas guru secara objektif.
4.2 Mengumpulkan data yang
lebih baik sebab observer akan mengetahui fokus dan teknik pencatatan untuk
mengunpulkan data.
Lampiran 3:
Fokus
dalam Observasi
Menurut
(Borich, 2008) ada 8 (delapan) focusing yang berkaitan dengan keefektifan dalam
pembelajaran.
Delapan
Lensa untuk Pengamatan Kelas
Karena
kelas pada hakikatnya sangat kompleks, pengamat sering memilih suatu kerangka
pikir khusus (lensa) untuk memperoleh pemahaman yang cukup, terkait dengan
aspek khusus mengenai sustu kelas tersebut. Selama pengamatan dilakukan
berkali-kali dengan menggunakan lensa yang berbeda akan menghasilkan pemahaman
yang lebih komprehensif dan detail mengenai pengajaran dan pembelajaran.
Sekalipun lensa-lensa yang akan kita gunakan bukan merupakan satu-satunya alat
untuk membimbing observasi di kelas, masing-masing lensa tersebut telah
mengalami uji coba dan diteliti guna memperoleh informasi sejauh mana
lensa-lensa tersebut berpengaruh terhadap kinerja para siswa. Lensa-lensa lain
pun cukup banyak tersedia, dan lensa-lensa baru pasti akan muncul seiring
dengan makin banyaknya riset dalam bidang ini. Untuk tujuan ini, lensa-lensa
berikut akan menjadi pengantar bagi pemerolehan keterampilan observasi kelas
dan mengajar secara efektif.
Lensa
1: Pertimbangan Iklim pembelajaran
Iklim
pembelajaran dalam suatu kelas mengacu pada lingkungan fisik dan emosional.
Sejumlah hal yang bisa diobservasi dari lingkungan pembelajaran ini adalah: (a)
kehangatan, kepedulian, dan harapan-harapan macam apa yang disampaikan oleh
guru kepada siswa-siswinya; (b) penataan aspek-aspek fisik dari kelas, yang
mendorong atau menciptakan ikatan dan interaksi antarsiswa; (c) tingkat
bersaing antara yang satu dengan yang lain, kerjasama atau kemandirian yang
didukung oleh struktur aktivitas di dalam kelas. Sewaktu Anda melakukan
observasi iklim pembelajaran ini, Anda akan membuat catatan secara khusus
mengenai bagaimana perasaan para siswa terhadap diri sendiri, terhadap satu
sama lain, dan dengan kelas mereka tersebut, serta aktivitas dan materi yang
mendorong perasaan paling kondusif untuk pembelajaran.
Lensa
2: Fokus pada manajemen Kelas
Manajemen
kelas melibatkan bagaimana para guru mengorganisasikan kelas dan mengantisipasi
serta menanggapi perilaku siswa guna menyediakan lingkungan yang efisien untuk
pembelajaran. Beberapa aspek yang bisa diamati dalam pengelolaan kelas adalah:
(a) penataan aspek-aspek fisik dari kelas yang ditujukan untuk
mengkomunikasikan aturan-aturan kelas; (b) mengembangkan dan mengkomunikasikan
sejumlah aturan dasar instruksional
(instructional routines); (c) meletakkan system penghargaan atas hal-hal
baik dan konsekuensi praktis dari hal-hal yang kurang baik (incentives and
consequences); (d) menggunakan teknik untuk manajemen kelas yang sederhana
namun tepat guna. Mengingat bahwa kebanyakan guru menjumpai beragam tantangan
dalam pengelolaan kelas ini, yang Anda fokuskan dalam lensa pengelolaan kelas
ini adalah seberapa efektif sang guru mengatur dan memfasilitasi pembelajaran
dengan keterampilan pengelolaan kelasnya.
Lensa
3: Perhatikan Kejelasan Pelajaran
Kejelasan
pelajaran mengacu pada kemampuan sang guru untuk menyampaikan isi pelajaran
secara jelas dan langsung, dan mengelola serta menata gagasan secara sistematis
isi pelajaran yang dia ampu – sesuai dengan tingkat pemahaman para siswa.
Aspek-aspek yang bisa diamati melaui lensa ini adalah: (a) memberi informasi
kepada para siswa mengenai keterampilan dan pemahaman yang diharapkan sebelum
kelas dimulai; (b) menyediakan advance organizers atau pengantar umum secara
komprehensif yang menempatkan isi pelajaran dalam perspektif pembelajaran yang
telah dilalui siswa dalam kaitannya dengan pembelajaran masa depan yang akan
dituju siswa; (c) menilik ulan (review) dan meringkas, serta menggunakan
contoh, ilustrasi, demonstrasi, media pembelajaran yang dapat memperluas dan
menjelaskan isi pelajaran.
Lensa
4: Variasi Metode Mengajar
Seperti
halnya ketika Anda mengingat-ingat kembali pengalaman Anda sebagai seorang
siswa, keberagaman instruksional, menggunakan beragam cara pembelajaran
(visual, wicara, dan indra peraba/sentuhan) mempertahankan ketertarikan belajar
dan perhatian siswa. Para guru yang efektif menggunakan campuran yang tepat
dari beragam pendekatan instruksional untuk mendukung satu tujuan pembelajaran
tertentu. Aspek-aspek yang dapat diamati melalui keberagaman instruksional ini
antara lain: (a) penggunaan alat-alat untuk menarik perhatian; (b) variasi
dalam hal kontak mata, suara, dan bahasa tubuh yang mendukung; (c) penggunaan
cara-cara alternative melalui beragam cara yang memungkinkan proses
pembelajaran terjadi (melihat, mendengarkan, dan melakukan), dan (d) menggunakan
hadiah dan peneguhan untuk mempertahankan ketertarikan dan keterlibatan
siswa-siswi.
Lensa
5: Observasi Orientasi Tugas
Orientasi
tugas melibatkan praktek-praktek pengajaran yang efektif yang membantu guru
untuk mampu memperthankan fokus instruksional. Termasuk di dalamnya adalah: (a)
mengelola beragam aktivitas kelas secara efisien; (b) menangani perilaku
menyimpang dengan cara sebijak mungkin (tidak mengganggu keseluruhan kelas);
(c) mengurangi waktu instruksional yang sekedar digunakan untuk mencatat saja,
dan (d) memaksimalkan waktu yang digunakan untuk mendiskusikan isi pelajaran
secara keseluruhan. Aspek-aspek terkait dalam orientasi tugas ini adalah RPP
yang mencerminkan teks dan arahan kurikulum, penggunaan aturan dan prosedur
yang mengantisipasi (dan juga mengurangi) perilaku menyimpang siswa, dan
pemanfaatan alat-alat instruksional (seperti test, review, dan tugas-tugas)
yang digunakan untuk momentum instruksional.
Lensa
6: Perhatikan Keterlibatan Siswa
Para
siswa belajar dengan cara paling baik ketika mereka terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran. Para guru mendorong keterlibatan mereka dengan menyediakan
latihan-latihan, persoalan yang tepat, dan beragam aktivitas yang memungkinkan
para siswa untuk memikirkan sesuatu, bertindak secara benar atas apa yang
dipikirkannya, dan mempraktikkan apa yang mereka pelajari. Sejumlah aspek yang
dapat diamati melalui lensa ini adalah disediakannya praktik-praktik
terbimbing, penggunaan umpan balik dan perbaikan dari guru, pemanfaatan beragam
kegiatan belajar yang berbasis pada individu (individualized and
self-directed0, dan penggunaan secara sistematis kata-kata positif untuk
peneguhan dan memonitor tugas-tugaskelas selama prose pembelajaran di kelas.
Lensa
7: Ukur Keberhasilan belajar Siswa
Pembelajaran
siswa terdukung ketika mereka menyelesaikan suatu tugas dengan tingkat
keberhasilan yang rata-rata sampai tingkat keberhasilan yang tinggi. Sejumlah aspek yangbisa diobservasi dalam
pengajaran yang mendorong keberhasilan belajar siswa adalah: (a) organisasi
pelajaran dan unit yang mencerminkan pengetahuan awal siswa; (b) umpan balik
dan koreksi yang diberikan denga tepat (tidak terlalu lama dan ditunda-tunda);
(c) transisi bertahap terhadap isi pelajaran yang baru, dan (d) langkah kelas
dan momentum yang terbangun untuk menuju serangkaian pengalaman belajar yang
harus dicatat (review, proyek, latihan, test).
Lensa
8: perhatikan Proses-proses Berpikir Tingkat Tinggi dan Hasil Belajar Kinerja
Proses-proses
berpikir tingkat tinggi mengacu pada kemampuan berpikir kritis, penalaran, dan
pemecahan masalah. Proses-proses macam ini tidak bisa diuur semata-mata melalui
ujian pencapaian kognitif. Sejumlah aspek yang dapat diamati adalah: (a)
penggunaan aktivitas-aktivitas kolaboratif dan kelompok; (b) tersedianya
kesempatan untuk latihan dan pemecahan persoalan secara mandiri, dan (c)
pemanfaatan asesmen kinerja dan portofolio siswa.
Lampiran 4: Contoh
Teknik pencatatan
1. Pencatatan Anekdot
Nama sekolah : SD Pelita Nama
guru : Cecilia
Kelas : V (Lima) Observer : Emiliana
Tema
: (Organ Gerak Hewan dan Manusia) Tanggal : 16 Juli 2021
Tujuan
: Untuk mengobservsi partisipasi dan
keterlibatan siswa
Kejadian :
Ketika kelas mulai, guru menanyakan apakah ada di antara murid yang
bersedia untuk membaca kisah yang telah mereka tuliskan malam sebelumnya. Anton
mengacungkan tangannya. Guru mempersilakan Anton untuk membaca dan kemudian ia
maju ke depan kelas. Anton ulai membaca kisah tersebut dengan suara yang pelan.
Ketika sudah membaca beberapa saat, guru menyuruh Anton untuk membaca lebih
keras dengan mengatakan, “Ayo keraskan suaramu atau kamu tidak akan pernah
berbicara baik di depan public!” Di saat yang sama Anton berhenti membaca,
kembali ke tempat duduk semula dan diam seribu bahasa sampai pelajaran selesai.
Introspeksi:
Anton nampaknya menikmati menulis dan berbagi cerita dengan siswa lainnya.
Bagaimanapun juga, Anton sangat sensitive dan mudah mengalami kekecewaan ketika
mendapatkan masukan ataupun kritikan. Hal tersebut menandakan bahwa ia kurang
memiliki kepercayaan diri untuk berbicara di depan umum. Komentar guru pada
Anton di depan kelas telah membuat kepercayaan dirinya berkurang dan bahkan
mematikan kemandiriannya untuk menjadi volunteer.
2. Pencatatan Etnografi
Nama sekolah : SD Pelita Nama guru : Ibu Tina di bantu Ibu Yulis
Kelas : II (Dua) Observer : Margareta
Tema :
Hidup Rukun Tanggal : 21 Juli 2021
8.30
1. Siswa disuruh masuk kelas
2. Melepaskan jaket dan berjalan
di sela-sela bangku
3. Beberapa anak anak laki-laki
duduk di pojokan
4. Dan beberapa siswa perempuan
duduk di lantai bermain puzzle
5. Guru berjalan ke depan dank e
belakang kelas mendekati beberapa anak
6. Kemudian, guru dan asistennya
berjalan ke meja untuk berbicara
8.35
7. Ibu Tina meninggalkan kelas
8. Asisten, Ibu Yuli masih duduk
di tempatnya
8.40
9.Ibu Tina kembali lagi ke kelas
10. Dia menuju meja guru kea rah
kiri kelas
11. Di sana ada meja, dan ia
duduk di pinggirnya
12. lalu katanya, “Kelompok biri,
ambilah folder (data) dan maju ke depan!”
13. “Kelompok hijau ke sini! …
jangan berbicara keras-keras!”
14. dan anak-anak kembali
mengikuti perintahnya.
15. Dia bertanya, “Apakah ada
yang kehilangan sesuatu?”
16. Tak seorangpun menjawab, dan
dia mengulangi pertanyaannya.
3. Pencatatan Tematis
Nam Sekolah :
SD Pelita Nama Guru : Josephine
Kelas :
3 Observer : Sherina
Mata pelajaran :
Pertumbuhan
dan Perkembangan Makhluk Hidup
Tanggal dan waktu :
23 Juli 2021
1. Iklim Pembelajaran
a. Ini merupakan kelas
terbuka dengan dua tim guru
b. Guru berbicara dengan
lantang, menunjukkan control dan kaptuhan, guru meykinkan siswa bahwa mereka
tidak menginginkan gurauan sama seklai
c. Hubungan guru dan
siswa terlihat formal
d. Suasana kompetetif
(lembar siswa dikontrol) dan terbuka (siswa mengerjakan tugas di lembar kerja
siswa
2. Orientasi tugas
a. Beberapa siswa
terlihat tidak mengerjakan tugas selam 10 menit pertama
b. Guru memfokuskan pada
tugas-tugas non istruksional
c. Guru berpindah dari
siswa sat uke yang lainnya menyatakan kesalahan yang mereka buat dalam latihan
3. Managemen Kelas
a. Siswa msuk kelas dan
mulai bekerja tanpa melakukan routine
b. Beberapa feedback
positif, kerjamu tidak terlalu jelek namun tanpa pujian
c. Guru mengelilingi
kelas melihat dan memonitor kemajuan latihan siswa
d. Kelompok Biru tidak
terobsesi (bagian depan kelas) sementara guru lebih focus kepada kelompok hijau
4. Keterlibatan siswa
a. Beberapa siswa terlihat
tidak mengerjakan tugas selama 10 menit pertama
b. Beberapa siswa
terlihat menunggu Kelompok Biru menunggu ibu guru memonitor kelompok Hijau
c. Guru Kurang melibatkan
siswa dalam kegiatan kelas. Keterlibatan rendah.
4. Teknik pencatatan
Skala 5
Nama Sekolah :SD Pelita Nama Guru : Cyrilus
Kelas : 4 Observer : Megaliana
Tema : Indahnya kebersamaan Tanggal :
26 Juli 2021
Kejelasan Pembelajaran
No |
Pernyataan |
Sangat Kurang |
Kurang |
cukup |
Baik |
Sangat Baik |
1 |
Kejelasan
Pembelajaran |
|
|
|
|
|
1.1 |
Memberi
informasi kepada para siswa mengenai tujuan pembelajaran |
|
|
|
|
|
1.2 |
Menginformasikan
indikator nilai-nilai kemanusian |
|
|
|
|
|
1.3 |
Menyediakan
pengantar umum secara komprehensip |
|
|
|
|
|
1.4 |
Mengaitkan
pembelajaran yang telah dilalui dengan pembelajaran berikutnya |
|
|
|
|
|
1.5 |
Merangkum
materi pembelajaran |
|
|
|
|
|
1.6
|
Menggunakan
contoh, ilustrasi, demonstrasi media pembelajaran yang dapat memeperluas dn
penjelasan isi pembelajaran |
|
|
|
|
|
2 |
Manageman
Kelas |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Post a Comment