ANALISIS
CERPEN MENGGUNAKAN TEORI FEMINISME
Silahkan anda baca cerpen "Pemetik Air Mata" Karya M Noor dengan Klik di sini
A. CERPEN
: PEMETIK AIR MATA – M NOOR
Cerpen
"Peri-Peri Pemetik Air Mata" mengangkat tema kesedihan, penindasan,
dan pencarian harapan dalam kehidupan seorang perempuan, Sandra, yang
terperangkap dalam realitas patriarki yang penuh dengan kekerasan emosional dan
fisik. Melalui kisah peri-peri pemetik air mata, yang secara simbolis mewakili
harapan akan pelepasan dari penderitaan, cerita ini mencerminkan perjuangan
perempuan dalam menghadapi sistem yang menindas dan mengontrol emosi mereka.
Sandra
tumbuh di rumah yang penuh dengan kekerasan verbal dari ibunya, yang sering
terisak menangis di malam hari karena tekanan hidup. Ibunya, yang tampaknya
juga terperangkap dalam sistem patriarki, mencari pelarian melalui hubungan
dengan laki-laki yang tidak memberi stabilitas atau kepedulian sejati. Meskipun
Sandra sangat mencintai ibunya, ia menyaksikan bagaimana ibunya dibelenggu oleh
kecanduan dan kekerasan, yang menggambarkan ketidakberdayaan perempuan dalam
sistem yang meremehkan perasaan dan kebutuhannya.
Dalam
kerangka feminisme, peri-peri pemetik air mata bisa dibaca sebagai metafora
bagi perjuangan perempuan untuk memvalidasi dan menyembuhkan penderitaan
mereka. Peri-peri ini, meskipun terlihat seperti makhluk yang mampu
menyembuhkan, sesungguhnya hanya mengumpulkan dan mengubah kesedihan menjadi
kristal yang indah—simbol dari bagaimana emosi perempuan, khususnya kesedihan,
seringkali dieksploitasi atau dibungkus dalam sesuatu yang tampak
"estetik" atau bernilai komersial tanpa benar-benar menghilangkan akar
masalahnya. Kristal air mata yang dijual di pasar, misalnya, merupakan
representasi dari cara masyarakat patriarkal sering mengeksploitasi perasaan
dan penderitaan perempuan untuk keuntungan pribadi atau komersial.
Sandra,
yang kini menjadi ibu bagi Bita, anak perempuannya, berusaha melindungi Bita
dari kenyataan yang sama yang ia alami semasa kecil. Namun, Sandra juga
terperangkap dalam pola hidup yang mirip dengan ibunya—dalam hubungan dengan
suaminya yang sibuk dan tidak setia. Meski suaminya memberikan materi, ia tetap
tidak memberikan kehangatan emosional atau perhatian yang dibutuhkan,
menandakan ketidaksetaraan dalam hubungan mereka.
Dari
sudut pandang feminis, karakter Sandra mencerminkan ketegangan yang dialami
oleh banyak perempuan yang berusaha mencari kebahagiaan dan pemenuhan dalam
dunia yang tidak memberi ruang bagi suara mereka. Sandra, seperti ibunya,
berusaha menyembunyikan rasa sakit dan air matanya untuk melindungi anaknya,
tetapi dalam dirinya tetap ada perasaan kosong dan ketidakbahagiaan yang sulit
diungkapkan. Perjuangannya untuk menjadi "perempuan baik-baik" yang
tidak seperti ibunya adalah upaya untuk membebaskan diri dari peran tradisional
perempuan yang seringkali terbatas pada pengorbanan diri untuk orang lain,
dalam hal ini, keluarga dan suami.
Cerita
ini menyoroti bahwa meskipun perempuan sering kali berusaha untuk
menyembunyikan atau menahan perasaan mereka dalam masyarakat yang menuntut
kesempurnaan dan ketahanan, emosi dan penderitaan mereka tetap ada. Bahkan
dalam kehidupan yang terlihat lebih baik dan lebih teratur, seperti yang
dialami Sandra dibandingkan dengan ibunya, perempuan tetap tidak terhindar dari
perasaan kesepian, pengorbanan, dan ketidaksetaraan yang berkelanjutan.
Secara
keseluruhan, cerpen ini menyentuh permasalahan gender dan peran perempuan dalam
masyarakat patriarkal, di mana perjuangan untuk mengekspresikan dan
menyembuhkan kesedihan sering kali dibungkam atau disalahpahami, dan di mana
harapan akan penyembuhan atau keajaiban (dalam bentuk peri-peri pemetik air
mata) sering kali menjadi ilusi yang tidak bisa sepenuhnya mengatasi
ketidaksetaraan dan kesedihan yang lebih mendalam.
B. ANALISIS
FEMINISME
FEMINISME
Feminis berasal dari kata femme
(woman), artinya perempuan (tunggal) yang memperjuangkan hak-hak kaum perempuan
(jamak) sebagai kelas sosial. Dalam pengertian luas Feminis adalah gerakan kaum
perempuan untuk menolak segala sesuatu yang dimarjinalisasikan,
disubordinasikan, dan di rendahkan oleh kebudayaan dominan (mayoritas), baik
dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya (Ratna:
2011). Sederhananya, feminim berarti sesuatu yang (menyerupai, seperti) wanita,
memiliki sifat kewanitaan. Goefe menyatakan bahwa feminis adalah teori tentang
persamaan antara laki-laki dan perempuan di bidang politik, ekonomi, dan
sosial, atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta
kepentingan perempuan. Oleh karena itu, feminisme dapat diartikan sebagai
gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan
pria.
Pada
cerpen di atas, ditemukan beberapa kritik feminisme. Beberapa kritis feminisme
tersebut adalah feminisme sosial, liberal, dan marxis
1. Kritik
feminisme Sosial
a)
Bila
sebutir bergulir jatuh, mereka akan buru-buru menedahkan dengan cawan itu.
Setiap butir air mata akan menjelma menjadi Kristal
b)
Mereka
tinggal di ceruk-ceruk gua purba. Kesanalah butir-butir air mata yang dipetik
itu dibawa, di selisir ulir batu alir, diantara galur batu kapur, berselubung
tirai marmer bening yang licin dan basah, di jelujur akar-akar kalsit yang
bercabang di langit-langit stalagtit, peri-peri itu membangun
sarang,butir-butir udara mata itu di tata menjadi sarang mereka, serupa
istamaistana kecil yang saling terhubung jembatan gantung yang terbuat dari
untaian air mata. Dilangit-langit gua itu pula butir-butir air mata itu dironce
terjuntai alamat jutaan batu Kristal yang berkilauan.
Kajian:
Atika Wasilah, dkk (2017)
mengatakan bahwa tertindasnya perempuan terjadi karena adanya bentuk ketidakadilan gender di masyarakat.
Aliran feminisme sosialis merupakan gerakan yang membebaskan perempuan melalui perubahan sudut pandang
patriakat untuk kesetaraan gender antara
laki-laki dengan perempuan
Feminisme sosial juga memberikan
gambaran perjuangan perempuan akan berhasil sistem kepemilikan pribadi berhasil
di hancurkan lalu bertransformasi di masyarakat. Artinya identitas atau
penguasaan alat-alat reproduksi di kelola secara sosial. Samhuri (2002)
Analisis:
a.
Dari
kutipan di atas ditemukan pemaknaan bahwa seorang perempuan yang status
sosialnya dalam bermasyarakat harusnya memiliki kehidupan yang layak, namun
kini menjadi wanita malam. Menjadi wanita malam bukanlah menjadi pilihannya.
Pada dasarnya mereka memiliki kesedihan yang sangat mendalam dan tidak sedikit
yang merasakan kesedihan dalam batin dan hidup mereka, banyak dari mereka yang
berpura-pura bahagia dan tampak sangat menikmati kebiasaan mereka, banyak yang
berpura-pura bahagia di depan orang lain, termasuk di depan pelanggan mereka,
padahal mereka merasakan sakit hati dan kesedihan yang mendalam namun tetap
harus mereka tutup-tutupi.
b.
berdasarkan perspektif aliran feminisme sosial
terdapat sebuah tempat khusus yang menjadi markas para perempuan (pekerja malam
di kumpulkan) tempat itu sangat rahasia dan tertutup. Bangunan yang menjadi
istana bagi mereka, tempat mereka bersiap untuk menanti pelanggan yang biasa
menjajakan kepada mereka.
2.
Kritik
Feminisme Liberal
Kutipan
pada cerpen:
Sandra
ingin semua ini akanberjalan dengan baik dan seterusnya.ia akan berusaha serapi
mungkin perumahan. Ia tidak ingin Bita bersedih lagi.
Kajian:
Feminisme
liberal lahir dari kritik terhadap pendeskriminasian (ketidakadilan) kaum
perempuan dalam hal persamaan kebebasan individu dan nilai moral. Pemikiran
dasar feminisme liberal berdasar pada pandangan bahwa kebebasan (freedom),
kesamaan (equality) yang fundamental pada rasionalitas dan pemisahan antara
dunia pribadi (privat) dan umum (publik) Faki, M (2007). Heropoetri dan Valentina (2004)
menjelaskan untuk menyamakan hak kaum perempuan dengan kaum laki-laki adalah
menambah kesempatan bagi perempuan, terutama melalui institusi-institusi
pendidikan dan ekonomi. Menurutnya, apabila kaum perempuan diberi akses
kesempatan yang sama untuk bersaing, tentu mereka akan menemukan jalan menuju
kesuksesan. Sukses artinya dapat menduduki sesuatu yang biasa diduduki oleh
para kaum laki-laki. Hal ini tentu akan tercapai apabila akses yang diberikan
kepada kaum perempuan benar-benar di kerjakan dan dilakukan para kaum perempuan.
Analisis:
Pada kutipan
cerpen di atas, digambarkan bahwa tokoh Sandra yang memiliki nasib sama
seperti mamanya yang tidak menginginkan anaknya tahu bahwa Sandra
hanyalah seorang istri simpanan dari lelaki yang ia kenal di tempatnya mencari
uang. Dia tidak ingin anaknya merasa sedih karena Sandra menginginkan
masa kanak-kanaknya dapat dijalaninya dengan penuh kesenangan, dan tidak
seperti masa kanak-kanak yang dialaminya.
Post a Comment