aoUhVj1sFfXbUTRIyoVNm2UnxJxRFaPgs25Tl7uL

Followers

Widget HTML #1

Widget HTML (label produk)

Widget HTML (label jasa)

Widget HTML #3

Menu Halaman Statis

Bookmark

MARI BAHAS JENIS-JENIS MAJAS DALAM BAHASA INDONESIA

 Pada artikel kali ini, indosilaban akan membagikan beberapa jenis majas yang biasa dipakai para sastrawan atau bahkan public speaking dalam menyampaikan ide gagasan atau bahkan kritik seseorang terhadap orang orang. Cakupan bahasan kita mulai dari pengertian, jenisnya serta contoh.



"Andi sangat keras kepala, apapun keputusan selalu berdasarkan ide dari dia"

Pertanyaannya adalah, apakah kepala siAndi begitu keras, bahkan lebih keras dari batu?
tentu tidak. Kalimat di atas adalah salah satu penggunaan majas yang menggambarkan tentang seseorang yang susah diatur, selalu ingin menang sendiri. sangat sulit menerima pendapat orang lain.

Sekarang apakah kamu ingat pembahasan tentang majas?
kalau tidak, mari kita bahas disini pengertian majas.

Pengertian Majas

    Majas adalah bentuk gaya bahasa yang digunakan untuk menyesuaikan penggunaan bahasa itu terhadap tujuannya.Penggunaan majas dimaksud dapat membuat suasana menjadi terkontrol dengan baik, dan juga dapat mengurangi tensi-tensi yang terjadi ketika hendak ingin mengkritik. Mudahnya bisa kita pahami bahwa majas itu bisa menjadi ungkapan yang bisa menghidupkan suatu kalimat. Nah, untuk itu mari kita lihat jenis-jenis majas beserta contohnya. 

Jenis-Jenis Majas

1. Majas Pertentangan

    Majas pertentangan adalah majas yang mengandung unsur-unsur pertentangan antara sesuatu yang akan dinyatakan dengan konteks situasi yang sebenarnya. Jenis-jenis majas pertentangan ini adalah

a. Hiperbola

Majas yang mengandung pernyataan yang berlebihan atau membesar-besarkan suatu peristiwa, majas jenis ini oleh anak muda sering dinilai lebai

contoh:

- saya sudah berjuang sampai titik darah penghabisan

-Ribka stres hingga hampir meledak kepalanya karena ulah suami

-Atta Halilintar memiliki kekayaan selangit

b. Litotes 

Majas ini digunakan untuk memperhalus atau mengurangi suatu makna kata,farasa atau kalimat dalam peristiwa atau kejadian tertentu

contoh:

-Kalau lewat dari daerah danau Toba, mampirlah ke gubuk kami

-Jangan berlebihan begitu, saya kan hanya kacung saja

-Mohon diterima ya, walau ga seberapa

-Aku akan menunggu dibilik yang kumuh ini

-Mohon terima cincin yang tidak berharga ini

c. Ironi

Gaya bahasa yang bertentang dengan peristiwa yang sesungguhnya, atau dengan maksud yang sesungguhnya, dimana tujuanya adalah untuk menyindir.

- Kopinya kok manis sekali, gulanya mahal ya?

- Pagi banget kamu, baru pukul 11 udah nyampe aja.

- Suaranya merdu banget, apalagi pas diem.

d.  Sinisme

Gaya bahasa jenis ini agaknya lebih ekstrim dari ironi, gaya bahasa sinisme lebih kasar dan lebih tajam.

- Kelakuannya seperti anjing kepanasan

-lama-lama aku bisa gila karena kelakuanmu

e. Sarkasme

Gaya bahasa ini masuk kategori yang paling kasar, bahkan bisa merujuk pada kutukan.

- Mau mapuspun dia, aku tak akan peduli, omongan saya kmasuk kuping kanan keluar kuping kiri

- Mulutmu Harimaumu

-Lihat wajahnya saja aku mau muntah

- Dasar dungu, kerja begini saja tidak becus

f. Satire

Gaya bahasa yang yang mirip dengan argumen, puisi, karangan biasanya berisi kritik sosial secara terang-terangan atau secara terselubung

- Aku sudah jemu bicara denganmu

- Soal yang mudah saja tidak mampu diselesaikan

-Aku masih tak punya pijakan

g. Oksimoron

Gaya bahasa yang menyatakan sesuatu melalui dua pernyataan yang saling bertentangan.

- Ini adalah kekalahan dari kemenangan kita yang tertunda

- Kesedihan ada dibalik kebahagiaan

- Cinta dapat membuat bahagia bahkan menderita

- Olah raga moto gp sangat menarik walau berbahaya

h. Paradoks

- Walau gajinya besar, tapi hidupnya melarat

- Tubuhnya besar dan kekar, tapi nyalinya ciut

- Banyak anak, banyak rezeki

-Teman adalah musuh tertunda

i. Antitesis

Gaya bahasa yang menggunakan perpaduan kata sinonim dan antonim

- Kaya miskin, tua muda, besar kecil harus sama-sama ikut bergotong royong dalam pembangunan gereja

- Miskin dan kaya, yang cantik dan buruk dimata Tuhan sama saja

j. Kontradiksi

Gaya bahasa yang menentang pernyataan atau kalimat sebelumnya.

- Semuanya sudah hadir, kecuali Dimas

- Semuanya telah saya undang, kecuai Bagus

- Tak seorangpun yang lolos, kecuali satuan marinir AL

K. Antonomasia

Gaya bahasa yang menyebutkan sesuatu bukan dengan nama asli, atau benda tersebut, melainkan dari salah satu sifatnya.

- SiGendut memakan semua sajian di acara buka bersama

- SiKidal itu sangat lihat dalam mengolah bola

Hei Jangkung, tolong ambilkan layangan saya di genteng rumah.


2. Majas Penegasan

Gaya yang bertujuan untuk menegaskan suatu peristiwa atau keadaan tertentu. Beberapa jenis majas pertentangan antara lain:

a. Klimaks

Gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal yang dituntut semakin lama semakin meningkat

- Pengusaha keripik itu menjual produknya ke warung, toko, pasar modern hingga di ekspor ke luar negeri sekitar Asia

- Tsunami aceh turut menghanyutkan sepeda, becak, sepeda motor hingga mobil

Tak ada yang berhak mencampuri urusan pribadi saya mulai dari RT, RW, Kepala Desa, Bupati, Gubernur,  Bahkan Presiden sekalipun

b. Antiklimaks

Gaya bahasa yang menyatakan  beberapa hal berurutan semakin lama semakin menurun.

- Kepala Sekolah, guru, dan siswa juga turut hadir dalam acara syukuran itu.

- Ketua pengadilan negeri itu adalah orang  yang kaya, pendiam, bahkan yang tidak terkenal namanya.

-  Penataan P4 Harus diikuti oleh para dosen perguruan tinggi, guru SMA, SMP, SD, dan TK

C. Asindeton

Gaya bahasa yang berupa sebuah kalimat atas suatu konstruksi yang mengandung kata-kata yang sejajar, tetapi tidak dihubungan dengan kata-kata penghubung.

- Ayah, ibu, anak merupakan inti dari sebuah keluarga

- Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru, Penata usaha, Pembantu Sekolah, Satpam, Murid merupakan inti dari warga sekolah

d. Polisindeton

Gaya bahasa berupa sebuah kalimat atau sebuah kontruksi yang mengandung kata-kata yang sejajar dan dihubungkan dengan kata-kata penghubung.

-Pembangunan memerlukan sarana dan prasarana juga dana serta kemampuan pelaksana.

-Kemanakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah pada gelap dan dingin yang merontokkan bulu-bulunya?

e. Pleonasme

Gaya bahasa yang menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.

- Semua siswa yang di atas agar segera turun ke bawah

-Mari nain  ke atas agar dapat menikmati pemandangan yang lebih indah

f. Retoris atau Erotesis

Gaya bahasa yang mempergunakan kalimat tanya tetapi sering menyatakan kesangsian atau bersifat mengejek dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya jawaban.

-Inikah yang kau namai bekerja?

-Siapakah yang tidak ingin hidup?

-Siapa yang tidak ingin hidup bahagia?

-Bukankah kita adalah bangsa yang beragam adat, suku, dan budaya, mengapa hendak diseragamkan?

g. Koreksio

Dipakai untuk membetulkan kembali apa yang salah diucapkan baik yang disengaja maupun tidak.

-Dia adikku! Eh, bukan, dia kakakku!

-Silahkan Rini maju, bukan, maksud saya Rko!

-Silahkan pulang anak-anak, eh, maaf, maksud saya silahkan makan.


3. Majas Perbandingan

Majas yang digunakan untuk membandingan sesuatu yang akan dinyatakan dengan sesuatu hal yang lain.

a. Personifikasi
Majas yang membandingkan benda-benda mati dengan manusia, benda-benda mati dibuat seolah-olah memiliki sifat seperti manusia
- Hujan itu menari-nari di atas genting
-Mata pisau itu tak berkedip menatapmu
-Tanaman jeruk diladang melambai-lambai tertiup angin
- Deru ombak memanggil-manggil para pemuda harapan bangsa
- dedaunan memuji angin yang telah meniupnya.

b. Depersonifikasi

Gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat suatu benda tak bernyawa pada manusia atau insan, biasanya memanfaatkan kata-kata: kalau, sekiranya, jikalau, misalkan, bila, seandainya, dan seumpama.
- Kalau engkau jadi bunga, aku jadi tangkainya
- kalau engkau jadi malam, aku jadi bintangnya
- kalau engkau adalah samudra, maka aku menjadi bahteranya

c. Metafora
 Gaya bahasa yang menyatakan sesuatu sebagai hal yang sebanding dengan hal lain yang sesungguhnya tidak sama. Metafora diungkapkan secara singkat dan padat tanpa menggunakan kata pembanding
-perpustakaan adalah gudang ilmu
-Dia dianggap anak emas oleh majikannya
- Perahu itu menggergaji ombak
- Bumi itu perempuan jalang
-Jantung hatinya hilang tiada berita

d. Simile atau Perumpamaan
Gaya bahasa yang membandingkan dua hal yang pada hakikatnya berbeda tetapi dianggap sama. Majas perumpamaan menggunakan kata pembanding, antara lain : bagai, laksana, bagaikan, seumpama, semisal.
-Kakak beradik itu tak pernah rukun bagai anjing dengan kucing
- Setelah ayahnya meninggal, dia seperti anak ayam yang kehilangan induknya
- Wajahnya bagai bola api
- Tatapannya laksana matahari
- Seperti angin aku melayang kian kemari
- Kikirnya seperti kepiting batu.
- Semangatnya keras bagaikan baja

e. Alegori
Gaya bahasa yang membandingkan kehidupan manusia dengan alam, membandingkan hal atau benda secara berkelanjutan sehingga membentuk sebuah cerita.

-  Suami sebagai nakhoda, istri sebagai juru mudi

-Imam adalah kemudi dalam mengarungi zaman

- Hati-hatilah kamu dalam mendayung bahtera rumah tangga, mengarungi lautan kehidupan yang penuh dengan badai dan gelombang. Apabila suami istri, antara nakhoda dan juru mudinya itu seia sekata dalam melayarkan bahteranya, niscaya ia akan sampai kepulau tujuan.

f. Asosiasi

Gaya bahasa yang membandingkan suatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan keadaan yang dilukiskan.

- Semangatnya keras bagai baja

- Pikirannya kusut bagai benang dilanda ayam

- Suaranya merdua bagai bulus perindu

g. Simbolik

Gaya bahasa yang  melukiskan sesuatu dengan mempergunakan benda-benda lain sebagai simbol atau perlambang

- Bunglon, lambang orang yang tak berpendirian, 

- Melati, lambang kesucian

- Teratai, lambang pengabdian

- Lintah darat, lambang pemerasan


4. Majas Pertautan

Majas yang menautkan atau menghubungkan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain.

a. Metonimia
Majas metonimia memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal hal lain sebagai penggantinya.
- Ayah selalu mengisap Djarum Super. (Mengisap rokok merk Djarum Super)
- Pak guru mengendarai Kijang. (mengendarai mobil merk Kijang)
- Ayah mengendarai Vespa. (Mengendarai skuter merek Vespa)
- Ia naik Garuda ke Jakarta. (naik pesawat bermaskapai penerbangan Garuda)

b. Sinekdok
Majas yang menggunakan pengertian yang satu untuk pengertian yang lain. Sinekdok dibedakan menjadi pars pro toto dan totem pro parte
 1. Pars pro toto, adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian hal untuk menyatakan keseluruhan.
- Saya belum melihat batang hidungnya
- Puluhan ekor ayam mati karena flu burung
- Roda duanya mogok
- Setiap kepala dikenakan potongan Rp. 20000.-

 2. Totem Pro Parte adalah gaya bahasa yang menyebutkan seluruh hal untuk menyatakan sebagian.
- Dalam pertandingan final bulu tangkis RT 03 melawan RT 07
- Pertandingan sepakbola antara Indonesia melawan Malaysia berkahir seri
- Indonesia berhasil merubut juara 1 Olimpiade Fisika
- SMA Negeri 78 Jakarta berhasil masuk final pertandingan basket.

c. Eufemisme

Pemakaian ungkapan untuk menghidari pemakaian bentuk larangan atau bentuk yang ditabukan dalam berbahasa. Agar sesuatu pernyataan menjadi lebih halus.

- Untuk mengatasi masalah keuangan, perusahaan itu merumahkan sebagian karyawannya.

- Anak ibu lamban menerima pelajaran

- Ali adalah anak yang kurang mampu

- Gadis itu masuk lembaga pemasyarakatan karena kasus naroba


d. Alusio

Gaya bahasa yang merujuk pada hal, tokoh, atau peristiwa yang sudah diketahui bersama.

- Kalau kita menggunakan sebaiknya hemat jangan sampai lebih besar pasak dari pada tiang

- Sebaiknya kita menggunakan ilmu padi dalam kehidupan kita, semakin berisi, semakin tunduk.

- Kartini kecil itu turut memperjuangkan haknya

- Sekarang, banyak Edy Tansil bermunculan.


e. Elipsis

Gaya bahasa yang menghilangkan salah satu unsur penting dalam kalimat lengkap.

- Sedang belajar. (Penghilangan unsur subjek dia atau saya)

- Kami kerumah nenek. (Penghilangan predikat pergi)

- Masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak apa-apa, badan sehat, tetapi psikis (penghilangan predikat sakit)

Post a Comment

Post a Comment

Silahkan berkomentar dengan bijak