Pada artikel kali ini, indosilaban akan membagikan beberapa jenis majas yang biasa dipakai para sastrawan atau bahkan public speaking dalam menyampaikan ide gagasan atau bahkan kritik seseorang terhadap orang orang. Cakupan bahasan kita mulai dari pengertian, jenisnya serta contoh.
"Andi sangat keras kepala, apapun keputusan selalu berdasarkan ide dari dia"
Pertanyaannya adalah, apakah kepala siAndi begitu keras, bahkan lebih keras dari batu?
tentu tidak. Kalimat di atas adalah salah satu penggunaan majas yang menggambarkan tentang seseorang yang susah diatur, selalu ingin menang sendiri. sangat sulit menerima pendapat orang lain.
Sekarang apakah kamu ingat pembahasan tentang majas?
kalau tidak, mari kita bahas disini pengertian majas.
Pengertian Majas
Jenis-Jenis Majas
1. Majas Pertentangan
a. Hiperbola
Majas yang mengandung pernyataan yang berlebihan atau membesar-besarkan suatu peristiwa, majas jenis ini oleh anak muda sering dinilai lebai
contoh:
- saya sudah berjuang sampai titik darah penghabisan
-Ribka stres hingga hampir meledak kepalanya karena ulah suami
-Atta Halilintar memiliki kekayaan selangit
b. Litotes
Majas ini digunakan untuk memperhalus atau mengurangi suatu makna kata,farasa atau kalimat dalam peristiwa atau kejadian tertentu
contoh:
-Kalau lewat dari daerah danau Toba, mampirlah ke gubuk kami
-Jangan berlebihan begitu, saya kan hanya kacung saja
-Mohon diterima ya, walau ga seberapa
-Aku akan menunggu dibilik yang kumuh ini
-Mohon terima cincin yang tidak berharga ini
c. Ironi
Gaya bahasa yang bertentang dengan peristiwa yang sesungguhnya, atau dengan maksud yang sesungguhnya, dimana tujuanya adalah untuk menyindir.
- Kopinya kok manis sekali, gulanya mahal ya?
- Pagi banget kamu, baru pukul 11 udah nyampe aja.
- Suaranya merdu banget, apalagi pas diem.
d. Sinisme
Gaya bahasa jenis ini agaknya lebih ekstrim dari ironi, gaya bahasa sinisme lebih kasar dan lebih tajam.
- Kelakuannya seperti anjing kepanasan
-lama-lama aku bisa gila karena kelakuanmu
e. Sarkasme
Gaya bahasa ini masuk kategori yang paling kasar, bahkan bisa merujuk pada kutukan.
- Mau mapuspun dia, aku tak akan peduli, omongan saya kmasuk kuping kanan keluar kuping kiri
- Mulutmu Harimaumu
-Lihat wajahnya saja aku mau muntah
- Dasar dungu, kerja begini saja tidak becus
f. Satire
Gaya bahasa yang yang mirip dengan argumen, puisi, karangan biasanya berisi kritik sosial secara terang-terangan atau secara terselubung
- Aku sudah jemu bicara denganmu
- Soal yang mudah saja tidak mampu diselesaikan
-Aku masih tak punya pijakan
g. Oksimoron
Gaya bahasa yang menyatakan sesuatu melalui dua pernyataan yang saling bertentangan.
- Ini adalah kekalahan dari kemenangan kita yang tertunda
- Kesedihan ada dibalik kebahagiaan
- Cinta dapat membuat bahagia bahkan menderita
- Olah raga moto gp sangat menarik walau berbahaya
h. Paradoks
- Walau gajinya besar, tapi hidupnya melarat
- Tubuhnya besar dan kekar, tapi nyalinya ciut
- Banyak anak, banyak rezeki
-Teman adalah musuh tertunda
i. Antitesis
Gaya bahasa yang menggunakan perpaduan kata sinonim dan antonim
- Kaya miskin, tua muda, besar kecil harus sama-sama ikut bergotong royong dalam pembangunan gereja
- Miskin dan kaya, yang cantik dan buruk dimata Tuhan sama saja
j. Kontradiksi
Gaya bahasa yang menentang pernyataan atau kalimat sebelumnya.
- Semuanya sudah hadir, kecuali Dimas
- Semuanya telah saya undang, kecuai Bagus
- Tak seorangpun yang lolos, kecuali satuan marinir AL
K. Antonomasia
Gaya bahasa yang menyebutkan sesuatu bukan dengan nama asli, atau benda tersebut, melainkan dari salah satu sifatnya.
- SiGendut memakan semua sajian di acara buka bersama
- SiKidal itu sangat lihat dalam mengolah bola
Hei Jangkung, tolong ambilkan layangan saya di genteng rumah.
2. Majas Penegasan
a. Klimaks
Gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal yang dituntut semakin lama semakin meningkat
- Pengusaha keripik itu menjual produknya ke warung, toko, pasar modern hingga di ekspor ke luar negeri sekitar Asia
- Tsunami aceh turut menghanyutkan sepeda, becak, sepeda motor hingga mobil
Tak ada yang berhak mencampuri urusan pribadi saya mulai dari RT, RW, Kepala Desa, Bupati, Gubernur, Bahkan Presiden sekalipun
b. Antiklimaks
Gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berurutan semakin lama semakin menurun.
- Kepala Sekolah, guru, dan siswa juga turut hadir dalam acara syukuran itu.
- Ketua pengadilan negeri itu adalah orang yang kaya, pendiam, bahkan yang tidak terkenal namanya.
- Penataan P4 Harus diikuti oleh para dosen perguruan tinggi, guru SMA, SMP, SD, dan TK
C. Asindeton
Gaya bahasa yang berupa sebuah kalimat atas suatu konstruksi yang mengandung kata-kata yang sejajar, tetapi tidak dihubungan dengan kata-kata penghubung.
- Ayah, ibu, anak merupakan inti dari sebuah keluarga
- Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru, Penata usaha, Pembantu Sekolah, Satpam, Murid merupakan inti dari warga sekolah
d. Polisindeton
Gaya bahasa berupa sebuah kalimat atau sebuah kontruksi yang mengandung kata-kata yang sejajar dan dihubungkan dengan kata-kata penghubung.
-Pembangunan memerlukan sarana dan prasarana juga dana serta kemampuan pelaksana.
-Kemanakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah pada gelap dan dingin yang merontokkan bulu-bulunya?
e. Pleonasme
Gaya bahasa yang menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
- Semua siswa yang di atas agar segera turun ke bawah
-Mari nain ke atas agar dapat menikmati pemandangan yang lebih indah
f. Retoris atau Erotesis
Gaya bahasa yang mempergunakan kalimat tanya tetapi sering menyatakan kesangsian atau bersifat mengejek dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya jawaban.
-Inikah yang kau namai bekerja?
-Siapakah yang tidak ingin hidup?
-Siapa yang tidak ingin hidup bahagia?
-Bukankah kita adalah bangsa yang beragam adat, suku, dan budaya, mengapa hendak diseragamkan?
g. Koreksio
Dipakai untuk membetulkan kembali apa yang salah diucapkan baik yang disengaja maupun tidak.
-Dia adikku! Eh, bukan, dia kakakku!
-Silahkan Rini maju, bukan, maksud saya Rko!
-Silahkan pulang anak-anak, eh, maaf, maksud saya silahkan makan.
3. Majas Perbandingan
- Suami sebagai nakhoda, istri sebagai juru mudi
-Imam adalah kemudi dalam mengarungi zaman
- Hati-hatilah kamu dalam mendayung bahtera rumah tangga, mengarungi lautan kehidupan yang penuh dengan badai dan gelombang. Apabila suami istri, antara nakhoda dan juru mudinya itu seia sekata dalam melayarkan bahteranya, niscaya ia akan sampai kepulau tujuan.
f. Asosiasi
Gaya bahasa yang membandingkan suatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan keadaan yang dilukiskan.
- Semangatnya keras bagai baja
- Pikirannya kusut bagai benang dilanda ayam
- Suaranya merdua bagai bulus perindu
g. Simbolik
Gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan benda-benda lain sebagai simbol atau perlambang
- Bunglon, lambang orang yang tak berpendirian,
- Melati, lambang kesucian
- Teratai, lambang pengabdian
- Lintah darat, lambang pemerasan
4. Majas Pertautan
Pemakaian ungkapan untuk menghidari pemakaian bentuk larangan atau bentuk yang ditabukan dalam berbahasa. Agar sesuatu pernyataan menjadi lebih halus.
- Untuk mengatasi masalah keuangan, perusahaan itu merumahkan sebagian karyawannya.
- Anak ibu lamban menerima pelajaran
- Ali adalah anak yang kurang mampu
- Gadis itu masuk lembaga pemasyarakatan karena kasus naroba
d. Alusio
Gaya bahasa yang merujuk pada hal, tokoh, atau peristiwa yang sudah diketahui bersama.
- Kalau kita menggunakan sebaiknya hemat jangan sampai lebih besar pasak dari pada tiang
- Sebaiknya kita menggunakan ilmu padi dalam kehidupan kita, semakin berisi, semakin tunduk.
- Kartini kecil itu turut memperjuangkan haknya
- Sekarang, banyak Edy Tansil bermunculan.
e. Elipsis
Gaya bahasa yang menghilangkan salah satu unsur penting dalam kalimat lengkap.
- Sedang belajar. (Penghilangan unsur subjek dia atau saya)
- Kami kerumah nenek. (Penghilangan predikat pergi)
- Masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak apa-apa, badan sehat, tetapi psikis (penghilangan predikat sakit)
Post a Comment